
Kota Bekasi, aspirasipublik.com – Maraknya perjalanan sekolah ke luar daerah yang disebut namanya Studi Tour yang setiap tahunnya dilaksanakan. Tetapi keberadaan Studi Tour tersebut diduga hanya mengeruk kocek orangtua siswa, karena mereka sebagian besar dari kelompok keluarga tidak mampu dan untuk menutupi biaya Studi Tour, mereka harus hutang pinjam. Jika tidak menuruti permintaan Komite dan sekolah itu orangtua siswa takut ada tekanan kepada anaknya, demikian keterangan yang dihimpun ole awak media ini.
Besarnya biaya Studi Tour, yang dipungut kepada siswa dengan bervariasi mulai dari Rp 1,5 – 3 juta/siswa. Mahalnya biaya itu karena harus menginap di hotel, biaya akomodasi dan biaya lainnya itu. Namun timbul pertanyaan berbagai orangtua siswa dan menjelaskan, keberadaan sekolah itu di Kota Bekasi dan Provinsi Jawa Barat, tetapi para kepala sekolah justru memberi PAD ke daerah lain. Tidak harus ke luar provinsi Jawa Barat untuk melakukan Studi Tour, di Jawa Baratpun banyak daerah atau tempat Pariwisata dan tidak kalah dari segi budaya yang ingin dipelajari generasi penerus.
Tidak diketahui alasannya harus minggat ke daerah provinsi lain untuk melakukan Studi Tour, entah apa sebetulnya yang terjadi di balik itu sehingga Studi Tour harus ke luar provinsi Jawa Barat, inilah yang perlu diperhatikan Dinas Pendidikan Kota Bekasi dan pihak terkait lainnya itu supaya hasil dari Kota Bekasi menjadi PAD Provinsi Jawa Barat. Termasuk, apa yang menjadi kegiatan sekolah supaya tidak menjadi beban orangtua siswa. “Jangan selalu dielu-elukan sekolah biaya gratis, kenyataan mencekik leher orangtua siswa”, tutur salah seorang orang tua siswa yang minta namanya dirahasiakan.
Menanggapi dengan ramainya Studi Tour khususnya SMP Negeri di Kota Bekasi, Yuli Kabid Pendidikan Dasar (Dikdas) Dinas Pendidikan Kota Bekasi, yang dihubungi di ruang kerjanya mengatakan, bahwa keberadaan Studi Tour adalah dibenarkan pemerintah, asal outing class diperhatikan waktunya. Artinya, jangan pergi Studi Tour saat ada jam belajar. Jika berangkatnya Jumat sore dan Sabtu dan Minggu bisa dilaksanakan. Yuli pun tidak mempermasalahkan jika Studi Tour ke luar provinsi Jawa Barat. Dikatakan, perlu siswa/i itu mengenal dan memahami budaya-budaya di negeri kita ini. Maksudnya supaya tidak dijajah budaya luar.
Menurutnya, adanya Studi Tour di setiap sekolah adalah program Komite Sekolah dan tidak mungkin hanya murid (Siswa) pergi dengan Komite, sehingga diikutsertakan guru dan kepala sekolah. Itupun bagi siswa yang tidak mampu tidak dipaksa, hanya dilakukan subsidi silang dari siswa yang mampu. Subsidi silang itulah hingga semua siswa itu bisa sama-sama pergi atas program Studi Tour tersebut, kata Yuli Kabid Dikdas itu. (red)