Jakarta, aspirasipublik.com – Setelah lulus dari Universitas Syiah Kuala Banda Aceh pada tahun 1994 Miswar langsung bergegas hijrah ke Jakarta untuk mewujudkan cita-cita.
Kala itu, ia berangkat dari Aceh ke Jakarta dengan pesawat. Ongkos didapat dari hasil celengan dan juga uang saku dari orang tua.

Miswar menceritakan bahwa tekadnya sangat kuat dan yakin akan sukses di Jakarta. Tempat yang dituju pertama kali adalah Jakarta Timur.
“Berbekal ijazah sarjana ekonomi, ia memberanikan diri melamar di salah satu perusahaan properti sebagai marketing. Setelah beberapa tahun menjalankan profesi sebagai marketing sejenak di dunia entertainment karena pada itu sangat menggiurkan. Namun, setelah dilakoninya beberapa saat ternyata hal itu juga bukan dari tujuan maupun passionnya.
Setelah itu, ia mencoba peruntungan baru lagi dengan bergabung di salah satu anak perusahaan Kelompok Delapan kala itu” ujar Miswar.
Tak mengenal kata puas. Ia pekerja keras, loyal dan berdedikasi. Hal-hal baru pun ia coba. Setelah beberapa tahun bergabung di Kelompok Delapan ia banting setir ke perusahaan perminyakan untuk terus menempa kapasitas diri maupun jiwa pejuang tangguh yang melekat pada dirinya.
Tentu saja, tantangan dan kesulitan tidak lepas dari setiap perjuangan. Ia terus beradaptasi dengan meningkatkan kapasitas diri dan komunikasi agar bisa mudah bergaul dan diterima di semua kalangan masyarakat.
Selain modal ijazah, ia adalah sosok yang handal bergaul kepada siapa pun. Baginya semua orang adalah saudara sekaligus sahabat. Untuk menguatkan tali persaudaraan dan menyegarkannya perlu dirawat dengan komunikasi yang bersahabat tanpa membedakan-bedakan status orang baik agama, suku, ras maupun status sosial.
“Sebagai manusia kita harus menjalin komunikasi yang sehat kepada siapapun. Kita ini saudara dari setiap suku yang ada di nusantara termasuk perbedaan agama sekalipun” tambah Miswar.
Di akhir pertemuan tersebut, Miswar menyampaikan bahwa masyarakat saat ini harus melek teknologi digital. Kita hidup di era digital yang tidak bisa kita tolak. Kita harus beradaptasi dengan cara belajar terus-menerus.”
Ia menambahkan bahwa saya sebagai putra daerah asal Aceh merasa bangga bisa bertemu dengan Pangdam Iskandar Muda Mayjend TNI Hasan serta sahabat dan kolega di acara pernikahan putri dari Pakar Komunikasi Publik dan Perilaku Reinaldi Zein di Wedding Hall Pondok Indah Jakarta Selatan, Sabtu (04/06/2022).

Di akhir diskusi, Miswar menekankan agar generasi muda terus merawat kemajemukan bangsa melalui komunikasi pergaulan yang sehat, produktif dan bernilai untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.
Silaturahmi dan komunikasi santun serta berperilaku yang baik niscaya akan membuahkan hasil persaudaraan bahkan persahabatan yang erat yang tak memandang perbedaan dalam merawat harmoni kebangsaan. Harmonis itu penuh pengertian dan pemaknaan toleransi yang tinggi anti radikalisme.
Hal itu diilhami oleh kehadiran Tokoh Nasional Religius sekaligus Kepala BNPT Komjend Pol DR. Boy Rafli Amar sebagai saksi akad nikah putri Renaldi Zein sebagai kerabat dan kolega keluarga mempelai wanita. Sungguh pernikahan suci yang kaya nuansa kebangsaan, kemajemukan dan religiusitas. (El)