Jakarta, aspirasipasipublik.com – Ketika mahasiswa bergerak untuk memastikan konstitusi negara berjalan pada relnya maka banyak masyarakat luas mendukung agar demokrasi tetap berjalan sebagaimana mestinya dan hak konstitusional masyarakat tidak dilanggar.
Demorkasi di Indonesia saat ini sedikit gaduh dan memanas ditengarai wacana perpanjangan masa jabatan presiden dan wakil presiden.
Hal ini juga menuai pro-kontra sana sini dari berbagai kalangan masyarakat dan mahasiswa bahkan pendukung militan Presiden Jokowi menolak wacana tiga periode masa jabatan presiden maupun wakil presiden.
Decky Matulessy selaku Ketua DPW Barikade 98 Jakarta juga mendukung gerakan mahasiswa untuk turun ke jalan untuk menyampaikan aspirasi sebagai bagian dari nilai-nilai demokrasi yang dijamin oleh undang-undang yang berlaku di Indonesia di Jakarta, Senin (11/03/2022).
Namu, saya juga mengutuk keras segala bentuk tindak kekerasan, penganiayaan yang tak bermoral dan manusiawi yang terjadi kepada Ade Armando sore ini (11/04/2022) di depan gedung DPR- MPR. Sebab demo yang brutal dan tak manusiawi sangat menodai kesucian demokrasi dan juga masyarakat Indonesia, ujar Decky Matulessy kepada awak media.
Banyaknya penumpang gelap pada unjuk rasa dan demonstrasi tersebut yang mengatasnamakan mahasiswa pertanda demokrasi hari ini semakin memprihatinkan.
Sebuah aksi pasti ada perangkat aksi, baik aksi terbuka ataupun aksi tertutup. Ade Armando sendiri setuju dengan isue yang digemakan oleh kelompok mahasiswa yang akan disampaikan. Dengan kata lain Ade Armando datang untuk menyuarakan suara yang sama pada waktu yang sama dan tempat yang sama.
Akan tetapi, justru terjadi penganiayaan di lapangan seperti dari gambar dan video yang beredar luas di media sosial media. Dalam video tersebut bisa disaksikan dan dilihat secara kasat mata antara mahasiswa atau pendemo gelap.
Ada penumpang gelap yang mengambil dan memanfaatkan kesempatan untuk makin memperuncing masalah dan membuat keadaan di lapangan tidak kondusif.
Untuk itu, kejadian ini harus segera diproses dan ditindaklanjuti oleh aparat kepolisian.
Sehingga kedepannya, demonstrasi damai, teduh dan sejuk yang kita harapkan dan tidak merusak moral dan menodai kesucian demokrasi bahkan wajah Indonesia tidak tercoreng di mata masyarakat internasional.
Berdemokrasi itu adalah wajar bahkan perbedaan pandangan itu adalah bagian dari demokrasi itu sendiri. Ini bukan masalah like or dislike
Ini masalah “Kepentingan” yang sengaja merusak nilai demokrasi dan mencoreng wajah demokrasi Indonesia di mata dunia internasional. Apa perbedaan yang terjadi pada orang mati, yatim piatu, dan gelandangan, kalau kehancuran dibuat atas nama totalitarianisme atau atas nama suci kebebasan atau demokrasi.?. (EZL)