Rabu, Februari 19, 2025
- Advertisement -spot_img
BerandaBeritaRagamKekerasan Lahir dari Ketidakmampuan Mengatasi Konflik yang Mengarah Pada Perasaan Gagal dan...

Kekerasan Lahir dari Ketidakmampuan Mengatasi Konflik yang Mengarah Pada Perasaan Gagal dan Frustasi

spot_img

Oleh: Tety Muhithoh Muhsin, S. Ag, Kabid wanita, sosial, kesehatan, dan kesejahteraan KAHMI UMJ

Akhir – akhir ini, publik dikejutkan kasus novia yang mengalami kekerasan beruntun, drudapaksa pacarnya, hamil, digugurkan dengan paksa, dapat ancaman keluarga, hingga mengalami depresi, dan berakhir bunuh diri. Menyusul kemudian kasus pembunuhan astri dan anaknya yang dilakukan mantan pacarnya.

Ternyata novi dan astri bukanlah satu dua kasus kekerasan berlatarbelakang hubungan asmara, menurut laporan komnas perempuan, sepanjang tahun 2020 telah dilaporkan sebanyak 299.911 kasus kekerasan, 264 diantaranya pengaduan kasus kekerasan yang dilakukan pacar dan 412 kasus kekerasan dilakukan oleh mantan pacar.

Data berasal dari kasus yang ditangani pengadilan dan lembaga – lembaga pengaduan mitra komnas perempuan. Dan sudah lazimnya bila kasus kekerasan menjadi fenomena gunung es, karena faktanya dilapangan banyak kasus kekerasan yang tidak dilaporkan.

Dalam perspektif psikologi, kekerasan termasuk gangguan atau penyimpangan psikis, kekerasan lahir dari ketidakmampuan mengatasi konflik yang mengarah pada perasaan gagal dan frustasi. Sebab dari frustasi itu mendorong orang untuk menyakiti diri sendiri maupun orang lain yang disebut agresi.

Menurut Willis (2001) dan Davidoff (1991) faktor-faktor yg melatar belakangi tindakan agresi adalah:

  1. Kurangnya dasar keagamaan yang membuat lemahnya kontrol diri dan ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
  2. Lingkungan keluarga yang kurang memberikan kasih sayang dan perhatian, lemah secara ekonomi, atau kurang harmonis.
  3. Lingkungan masyarakat yang kurang sehat, keterbelakangan pendidikan, kurangnya pengawasan, pengaruh norma baru yang ada di luar.
  4. Lingkungan pendidikan yang kurang memberikan perhatian dalam menerapkan norma – norma pendidikan dan menyalurkan minat dan bakat.
  5. Anominitas, terlalu banyak rangsangan indera dan kognitif membuat dunia menjadi sangat impersonal dimana antara satu orang dengan orang lain tidak lagi saling mengenal.
  6. Kesenjangan sosial, jarak, komunikasi yg semakin minimal dan sering tidak nyambung

Saran

Penyimpangan psikis seperti kekerasan bisa diantisipasi jika dilakukan tindakan prefentif dengan mengupayakan beberapa hal berikut:

  1. Menanamkan dan menghidupkan nilai – nilai agama dalam keluarga, agar masing² pribadi memiliki kemampuan mengendalikan diri dan beradaptasi denga segala situasi dan kondisi.
  2. Menjaga keharmonisan keluarga, komunikasi yang sehat, awareness, terbuka dan empati, saling menghargai, menghormati, dan berbagi.
  3. Mengasah kepekaan sosial, menghidupkan kontrol sosial di lingkungan masyarakat, memelihara norma² sosial yg berlaku dalam masyarakat, saling membantu dan bergotong royong.
  4. Meminimalisir efek negatif penggunaan gadget, memberikan pemahaman yg baik,membuat aturan yang disepakati bersama.
  5. Menciptakan pendidikan yang layak, menghidupkan norma² pendidikan, menyalurkan potensi dan aspirasi.

Sedangkan dalam agama islam, Allah dan RasulNya telah memberi pesan agar manusia menjaga kemaslahatan dan menghindari kemudharatan.

“Dan janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya itu adalah perbuatan yang keji dan jalan yang buruk” (QS. Al-Isra:32)

“Sesungguhnya sholat itu mencegah perbuatan keji dan munkar. Dan ketahuilah mengingat Allah (sholat) lebih besar keutamaannya dari ibadah yang lain. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-ankabut:45)

“wahai sekalian pemuda, apabila kalian mampu untuk menikah, maka menikahlah. Hal tersebut akan menjaga pandangan dan kemaluan. Tapi bila kalian belum mampu, berpuasalah. Sebab puasa dapat meredakan nafsunya.” (muttafaqun ‘alaihi)

“Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” (QS. Attahri:6)

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah yang paling baik pada keluargaku” (HR. Tirmidzi) Wallahu a’lam

spot_img
POPULER
BACA JUGA
spot_img