Jatinangor, aspirasipublik.com – Pada hari ini, Selasa 27 Oktober 2020 di Gedung Balairung Rudini Kampus IPDN Jatinangor Rektor IPDN Dr. Hadi Prabowo, MM. Ketua Senat IPDN yang didampingi sekertaris senat Prof. Dr. H. Tcahya Supriatna, SU. dan ketua komisi guru besar Prof. Dr. Drs. H. Ermaya Suradinata, SH.,MH.,MS. Serta anggota komisi guru besar IPDN (anggota senat), memimpin acara jalannya sidang terbuka senat Pengukuhan Prof. Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S. AP., M. Si sebagai Guru Besar Ilmu Pemerintahan IPDN.

Hadir pula dalam acara ini seluruh wakil rektor dan para perwakilan Direktur IPDN seluruh indonesia juga para dosen IPDN, Selain itu yang sangat berbahagia istri dan anak tercinta serta keluarga dan tamu undangan Prof. Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si.
Acara ini dilaksanakan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan covid 19 yang sangat ketat, dari masuk kampus IPDN pintu gerbang sampai masuk di gedung dilaksanakan proses acara sidang terbuka senat Gedung Balairung Rudini Kampus IPDN Jatinangor termasuk wartawan AP yang diperiksa oleh salah seorang pamdal yang cukup cekatan dalam menjalankan tugasnya Yusup Abdullah, saya diperiksa suhu tubuh dan harus cucitangan dan menggunakan masker sesuai standar, salut untuk pamdal IPDN Jatinangor.
Dalam Orasi Ilmiahnya dengan mengangkat tema “Reformasi Birokrasi Indonesia Menuju Pemerintahan Kelas Dunia”. Sebelum melakukan orasinya tidak lupa Prof. Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si. menceritakan perjalan karir sampai keluar SKnya yang dikeluarkan negara melalui Kementerian Pendidikan tahun 2019, kemudian keluarlah SK PAK Guru Besar dari Dirjen Dikti untuk PAK Guru Besar Ilmu Pemerintahan IPDN an. Fernandes Simangunsong, dan di Awal tahun 2020, menyusul SK Penetapan Guru Besar Prof. Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si dengan usia 42 tahun dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Perjuangan Panjang untuk mendapatkan Surat Keputusan Penetapan Angka Kredit (PAK) dengan Nomor 707/D.2.1/KK.01.00/GB/2019 tentang Masa Penilaian Pengajuan Guru Besar dari tanggal 01 Oktober 2010 sampai dengan 30 Novermber 2019, dimana awal Pengajuan angkat kredit sebenarnya hanyalah untuk pengajuan naik pangkat saja sehingga pengajuannya pada tanggal 03 Juni 2013 tetap diterima oleh Pihak Kementerian Pendidikan (Dikti), Prof. Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si sangat produktif dalam banyak penelitian dan menjadi konsultan pemerintahan diberbagai daerah dan juga pendidikan S3nya pada waktu itu baru selesai di awal tahun 2014, maka kementerian pendidikan menyarankan agar pengajuannya ditingkatkan saja, bukan hanya pengajuan naik pangkat saja namun pengajuannya menjadi naik pangkat dan jabatan ke Guru Besar.

Atas saran tersebut, maka surat pengajuan angka kredit diganti ulang dan pihak pimpinan IPDN menyetujuinya dilakukan pengajuan ulang. Namun nasib dan keberuntungan tidak berpihak kepada Prof. Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si , dimana pada awal kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa Kementerian Pendidikan dipisahkan menjadi dua kementerian yaitu Kementerian Pendidikan Dasar Dan Kemenristek Dikti, sehingga proses pengajuan pangkat dan jabatan harus diulang kembali, dan yang membuat pengajuannya menjadi sangat berat, dimana ada syarat dari kementerian baru (Kemenristekdikti) tentang ketentuan 3/10 yaitu 3 (tiga) tahun setelah menjadi Doktor dan 10 (Sepuluh) tahun bekerja tetap di Perguruan Tinggi, maka pengajuannya bisa diteruskan, semua dokumen prestasi akademik dari seorang calon Guru Besar harus dipublikasikan secara online, harus punya paper jurnal internasional terindeks dan bereputasi yaitu Scopus Minimal Q3 dengan indeks 0,15 atau Thomson Reuter, pengajuan Prof. Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si. Belum termasuk prioritas yang dipertimbangkan oleh dikti karena di kementerian ada 2 (dua) Prioritas utama untuk didorong melalui pelatihan publikasi internasional dalam menghadapi Krisis Guru Besar yaitu mensuport semua Lektor Kepala agar segera mengurus Guru Besarnya yaitu Priotritas pertama untuk LK yang memiliki umur diatas 60 tahun, Prioritas kedua untuk LK yang memiliki Umur antara 50 sd 60 tahun dan Prioritas ketiga umur 40 sd 50 tahun, sedang Fernandes Simangunsong Tidak Masuk Satupun Pada Prioritas Diatas, Karena Pengajuan Beliau Untuk Ke Guru Besar Pada Saat Itu Belum Genap 37 Tahun. Akhirnya, semua syarat tersebut terus diperjuangkan dengan segala sumberdaya yang ada baik pikiran, tenaga, waktu yang kurang untuk keluarga dan memotong rejeki yang seharusnya untuk keluarga untuk terus mendukung proses ikut konfrensi internasional ke banyak negara dan juga menembus publikasi jurnal Internasional bereputasi yang membutuhkan dana yang sangat besar, dan semua itu diperjuangankan beliau hampir 7 (tujuh) tahun, dan akhirnya diujung tahun 2019 sebagai hadiah natal dan juga tahun baru dan juga hadiah terindah diakhir masa tugas Dirjen Dikti Prof. Ali Gufron Mukti, P.hD, maka keluarlah SK PAK Guru Besar Fernandes Simangunsong, dan juga keluarlah SK dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 152716/MPK/KP/2019 tentang kenaikan jabatan akademik/fungsional dosen Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang ditandatangani oleh Mendikbud yang baru yaitu Bapak Nadiem Anwar Makarim tertanggal 26 Desember 2019. Dalam SK tersebut Fernandes Simangunsong dinyatakan telah memenuhi syarat berdasarkan penetapan angka kredit sebesar 922 dari Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi untuk diberikan kenaikan jabatan sebagai Guru Besar dan kenaikan pangkat hingga IV/d. Dalam orasi ilmiahnya Beliau kembali mengingatkan para ASN tentang tugas utama dari ASN yakni PELAYANAN, “Pelayanan merupakan tugas utama yang hakiki dari sosok Aparatur Sipil Negara sebagai abdi negara dan terlebih abdi masyarakat”, ujarnya. Tak hanya perihal pelayanan, Beliaupun menyuarakan mengenai kegelisahannya atas perubahan sosial dan dinamika pemerintahan yang akhirnya sangat mempengaruhi pembangunan negara Indonesia, “Birokrasi Indonesia pernah mengalami mekanisme pembangunan yang tidak sejalan dengan perubahan sosial yang terjadi di masyarakat, sehingga mengakibatkan perekonomian Indonesia pernah porak poranda pada tahun 1998. Secara teori, fase perubahan sebuah negara itu untuk satu level minimal memakan waktu selama 20 tahun, sehingga jika dilihat dengan kondisi Indonesia, kita terlalu memaksakan diri tanpa mengikuti ritme perubahan sosial, perubahan birokrasi dan perubahan kondisi ekonomi sebuah negara.
Perubahan kebijakan sebuah negara akan berpengaruh sangat besar terhadap perubahan sosial dan ekonomi sebuah negara dan yang lebih dalam lagi adalah kemampuan birokrasi kita menghadapi perubahan tersebut”, ujarnya.

Selain kegelisahan atas perubahan sosial dan dinamika pemerintahan, Beliaupun menyampaikan beberapa buah pikiran terkait pergeseran generasi manajemen, organisasi, aparatur sipil negara dan pelayanan sebagai pintu masuk pemerintahan kelas dunia. Tak hanya itu, dalam orasi ilmiahnya Beliau menyampaikan konsep grand design, quick wins dan agile governance reformasi birokrasi Indonesia menuju pemerintahan kelas dunia. “
Untuk kawan-kawan dosen diluar sana yakinilah bahwa anda sudah dijalur yang benar, tinggal kasih gas pol dan jangan kasih kendor hingga bisa mencapai puncak jabatan kita yaitu guru besar (profesor) dan bagi kawan-kawan diluar sana yang menganggap kehidupan mejadi dosen adalah pekerjaan yang aman dan nyaman, silahkan mulai dirintis dari sekarang untuk menjadi dosen di Kampus Negeri maupun Swasta yang ada di daerah saudara – saudara”, ujar Prof. Fernandes diakhir orasi ilmiahnya. Hampir 30 tahun sejak disatukannya APDN daerah menjadi APDN Nasional di Kampus Malang dan Semarang, yang kemudian berganti nama menjadi STPDN dan kini menjadi IPDN di Jatinangor, baru kali ini alumninya berhasil menjadi Guru Besar atau Profesor yang diakui oleh Kementerian Pendidikan Republik Indonesia. Pria kelahiran Jambi 4 Maret 1977, sampai dengan sekarang telah menghasilkan 5 scientific works (book/book chapter/journal), 3 paper/poster dan 124 research experiences .ini semua berkat dukungan istri tercinta Prof. (Asc) Dr. Imelda Hutasoit, S. Kep, M.Kes, AIFO, M.A yang juga dosen di IPDN dan ketiga putra putrinya yang berprestasi, Chrysanta Hizkiana Simangunsong (Mahasiswa Baru Fakultas Kedokteran Internasional-Universitas Gajah Mada), Yehezkiel Austincamry Simangunsong (Pelajar SMA 3 Bandung) dan Jeremias Shalomoses Simangunsong (Pelajar Baru SMP BPK Singgasana Pradana).

Selesai acara orasi dilanjutkan sambutan ketua senat (Rektor IPDN) Dr. Hadi Prabowo, MM. ditutup dengan Doa dan dilanjutkan dengan ucapan selamat dari para Guru Besar IPDN dan seluruh tamu undangan yang hadir.
Kami keluarga besar media Aspirasi Publik Pimpinan Redaksi Oberlian Sinaga, SH. SE. MM. yang sekarang sedang menjadi Mahasiswa Doktoral Angkatan 8 di IPDN Cilandak dan Dr. Joko Susilo Raharjo Watimena, S.PdI.MM. Wartawan Aspirasi Publik dan seluruh Wartawan Aspirasi Publik Di seluruh Indonesia Mengucapkan Selamat atas Pengukuhan Guru Besar Ilmu Pemerintahan IPDN kepada Prof. Dr. Fernandes Simangunsong, S. STP, S.AP, M.Si., Semoga ilmunya dan orasinya hari ini akan dapat menjawab tantangan pemerintahan Kedepan dan Ilmunya bermanfaat untuk kesejahteraan bangsa indonesia serta para generasi muda.
Apa yang telah diraih Profesor Muda di usianya 42 tahun ini tentu saja patut ditiru oleh dosen-dosen muda yang ada di Indonesia terkhusus bagi Dosen Dosen IPDN. (Obbe dan JSRW)