
Foto: Gunung Tiamnen dan Gunung Rinjani
Zhangjiajie, aspirasipublik.com – Tanggal 28 September 2019 kemaren, selagi masih berkesempatan menjejakkan kaki di kota Zhangjiajie Propinsi Hu Nan China, tentu ini kesempatan baik untuk mengunjungi sebuah destinasi wisata yg dikenal sebagai gerbang surga.

Ya, masyarakat dan pelaku pariwisata dunia mengenal Gunung Tianmen (China: Tian berarti angkasa, Men berarti pintu), sebagai obyek wisata gerbang surga karena diatas Gunung Tianmen yang berketinggian 1.586 Mdpl terdapat lubang tembus bukan seperti lubang gua yang gelap dan buntu. Lubang menganga di atas Gunung Tianmen ini nampak nyata dari kejauhan apalagi duduk diruang tunggu Zhangjiajie Airport yang menghadap langsung ke Gerbang surga Gunung Tianmen.
Ada beberapa pilihan untuk bisa naik ke Gerbang Surga Gunung Tianmen setelah menikmati pemutaran film 3 dimensi paket wisata Gunung Tianmen. Pertama, menggunakan cablecar, bisa return atau bisa satu arah langsung dari pusat kota ke Gerbang Surga Gunung Tianmen. Sensasinya, dapat menikmati pemandangan kota dan hamparan hutan menghijau dari atas cablecar. Disarankan, tidak ambil paket return karena tidak dapat menikmati sensasi perjalanan lainnya.
Kedua, guide membawa wisatawan meninggalkan kota Zhangjiajie ke kaki Gunung Tianmen. Dari kaki gunung berganti kendaraan minibus (sejenis engkel jurusan pancor – bertais), menuju punggung Gunung Tianmen melewati jalan di pinggir tebing yang sangat curam, berkelok-kelok, dengan sopir yang sangat cekatan. Sensasi terasa luar biasa menggugah adrenalin.
Ketiga, dari punggung gunung ke Gerbang Surga tersedia 999 anak tangga yang harus di daki. Wisatawan yang masih muda dan yang ada kaul/hajat, disarankan menjajaki pendakian ini karena mitosnya bila sukses menaiki 999 anak tangga menuju gerbang surga berbagai mimpi akan menjadi nyata. Masyarakat China meyakini angka 9 memiliki hoki, apalagi 999.

Keempat, pilihan rasional bagi wisatawan berumur dan anak-anak yang ingin ke Gerbang Surga di sediakan fasilitas escalator. Ya, escalator di dalam perut Gunung Tianmen, panjangnya lebih dari 2 km dengan kemiringan 60 derajat. Di dalam terowongan escalator suasana ramai, hiruk pikuk canda tawa, tidak ada suara ngos-ngosan orang yang kelelahan mendaki. Hanya dengan berdiri santai, tidak boleh duduk di escalator, selfi sana sini, sambil menikmati diorama gambar-gambar neon box yang eksotis tentang mitos gerbang surga yang terpajang di kiri kanan sepanjang dinding terowongan escalator. Keluar terowongan escalator, ada atraksi super menegangkan. Berjalan di tepi tebing tinggi 90 derajat, lantainya terbuat dari kaca yang tebal. Dari atas tembus pandang pemandangan dibawah yang bikin nyali jadi ciut, apalagi bagi pengidap syndrome/trauma ketinggian. Meski menegangkan, spot ini justru jadi daya tarik yang membuat wisatawan penasaran.
Tak heran bila Xie Juan guide cantik yg mendampingi melusuri terowongan escalator dan memandu jalan diatas kaca menuju Gerbang Surga dengan bangga bercerita bahwa kunjungan ke destinasi Gerbang Surga Gunung Tianmen tiap harinya bisa mencapai 10.000 orang. Bahkan hari2 libur dan hari tertentu bisa tembus 15.000 sampai 20.000 orang wisatawan perhari.
Sambil diskusi ringan dengan sahabat Firdaus dan Guan Yeu representatif GOBID (sebuah platform) China di Indonedia, bila harga paket ke Gerbang Surga Rp. 400.000 perorang, sehari bisa masuk Rp. 4 Miliar dan setahun kira-kira Rp. 1,5 Triliun bruto. Dengan proyeksi overhead biaya operasional dan maintenance 50%, maka bila untuk menata destinasi ini investor keluarkan dana Rp. 10 Triliun, dalam 10 – 15 tahun sudah bisa balik modal (BEP). Destinasi Gerbang Surga ini mulai dibangun oleh investor Prancis POMA tahun 2005. Bisa jadi kini sudah mendekati break event point secara investasi.
UGG Gunung Rinjani
Belum habis rasa takjub dengan pesona obyek wisata Gerbang surga Gunung Tianmen, tiba-tiba pikiran menerawang jauh ingat kampung halaman. Teringat Gunung Rinjani, teringat RTMB (Rinjani Treking Management Board), teringat Bukit Penyesalan dan pos 2 Gunung Rinjani, teringat mitos Dewi Anjani yang bila dikemas setara mitos Gerbang Surga, teringat hiruk pikuk Simposium VI APGN di NTB tanggal 3 – 6 September 2019 yang menghadirkan pegiat/pengelola UGG seluruh dunia. Ada lagi yang sangat menggoda pikiran, bagaimana menggaet investor POMA atau sekelasnya agar mau berinvestasi menata UGG Gunung Rinjani agar geliat ekonominya sekencang Gerbang Surga Gunung Tianmen ?

Banyak hal memang harus dipertimbangkan. Gunung Rinjani masih di sakralkan dengan berbagai mitosnya. Gunung Rinjani masih merupakan gunung berapi aktif. Gunung Rinjani episentrum gempa dengan sejarah panjang yang ledakannya pernah mengguncang dunia (Gunung Samalas) abad 12 dan kinipun masih recovery akibat gempa 7 SR mulai tanggal 29 juli 2018, 5 Agustus 1018 dan dua ribuan kali tremor hingga tutup tahun 2018 lalu. Dengan kondisi ini dari sisi vulkanologi tentu riskan untuk bermimpi ada terowongan escalator guna membantu wisatawan melewati Bukit Penyesalan menuju top Gunung Rinjani dengan ketinggian 3726 Mdpl atau turun ke Danau Segara Anak mandi bersama Dewi Anjani atau mandi di air kalak untuk kanuragan dan kebugaran seperti yang masih di percaya masyarakat sekitar.
Kalaulah terowongan escalator tidak mungkin di wujudkan di Gunung Rinjani, mungkin ada investor cable car yg akan explore kaki dan punggung bukit yang sangat eksotik dengan sensasi yang tidak kalah dengan branding wisata Gerbang Surga Gunung Tianmen.
Kalaulah tdk ada investor cable car minimal ada investor atau affirmative action pemerintah terutama Kementerian LHK melalui BTNGR dan stakeholder UGG untuk hadirkan penataan Gunung Rinjani seperti penataan UGG Stone Forest Kun Ming, UGG Sungai Kuning di China atau penataan berbagai UGG di Pulau Jeju Korsel, Jepang dll yang tertata rapi, indah, sejuk dan sangat bersih sesuai slogan zero weste.
Kedepan, Gunung Rinjani tentu tidak boleh lagi viral sebagai tempat tumpukan sampah. Lingkungan harus terjaga, ekonomi masyarakat lokal harus tumbuh dan berkembang serta Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di lingkungan Kementerian Kehutanan sebagaimana maksud PP 12 tahun 2014 terus meningkat. Kementerian LHK harus mendukung penuh keberadaan BTNGR dan perkembangan UGG Gunung Rinjani termasuk untuk biaya clean up Gunung Rinjani secara rutin, mitigasi/ evakuasi bila bencana/kecelakaan pendakian terjadi, konservasi, edukasi masyarakat dan pendaki, promosi destinasi dll seperti dulu ketika RTMB eksis. Kementerian LHK tidak cukup hanya pandai membuat regulasi optimalisasi PNBP, tapi harus pula bijak untuk mentransfer dana dukunganke BTNGR (Balai Taman Nasional Gunung Rinjani) secara memadai.
Ini tantangan berat sahabat saya Mr. CM (Chaerul Mahsul) yang di dapuk sebagai GM Global Geopark Gunung Rinjani untuk konsolidasi program dan kelembagaan. Bila ini berhasil terwujud, tak pelak Gunung Rinjani laksana angsa bertelur emas, akan memberi multiplier effect luar biasa seperti obyek wisata Gerbang Surga Gunung Tianmen. (Joko)